Sunday, September 30, 2007

Prestasi Intelektual Muslim

Prestasi Intelektual Muslim
(Periode Abbasiah)*



Kebangkitan Intelektual
Masa pemerintahan Abbasiah merupakan masa perkembangan dan kebangkitan di semua bidang, termasuk kebangkitan di bidang intelektual. Kebangkitan ini secara luas dikarenakan berkembangnya pemikiran-pemikiran yunani dan Persia. Pada masa inilah karya-karya filsafat Yunani dan India diterjemahkan. Berikut, akan dijabarkan perkembangan dan kemajuan beberapa disiplin ilmu dan para pakar di bidangnya.

Hellenisme: Pada masa ini warisan kekayaan intelektual yunani merupakan harta yang sangat berharga. Beberapa cabang ilmu seperti filsafat, kimia, matematika dan astronomi bersumber dari karya para ilmuwan dari zaman yunani kuno, diadopsi dan dikembangkan secara lebih sistematis oleh para ilmuwan muslim. Sejarah dan peradaban yunani mempengaruhi kehidupan masyarakat arab secara vital.

Penerjemahan: Karya penerjemahan pada periode Abbasiah dimulai pada masa Al-Ma’mun dan selanjutnya diikuti oleh para penerusnya. Karya-karya yang diterjemahkan dari bahasa yunani, tidak langsung diterjemahkan kedalam bahasa Arab, tetapi terlebih dahulu diterjemahkan kedalam bahasa Arab-Suria. Masa penerjemahan ini diikuti dengan maraknya para ilmuwan muslim mengkaji dan menulis hasil temuan dan pemikiran mereka diberbagai disiplin ilmu dan seni. Ikwan as-Safa misalnya; Ia menyusun hampir lima puluh buku mengenai filsafat, teologi, sastra dan sains. Dalam waktu singkat para filosof dan cendikiawan muslim membawa pencerahan, perkembangan dan teori baru di berbagai macam cabang ilmu seperti: astronomi, matematika, geograpi, teologi, filsafat, dan sastra. Pada masa ini kota Baghdad menjadi pusat kajian ilmu, para ilmuwan dan cendikiawan berkumpul disana dan dengan maraknya menjadikan kota ini kota Ilmu. Baghdad dan beberapa kota lainnya memiliki perpustakaan-perpustakaan besar, Para ilmuan dan penulis pun sangat dihormati. Sampai-sampai tidak ada cakupan pemikiran-pemikiran dan kebudayaan yang tak tersentuh. Begitupun halnya dengan karya-karya Plato dan Aristotle, jika saja tidak karena penerjemahan yang dilakukan para ilmuwan muslim karya mereka hanya akan hilang ditelan legenda. Salah satu pionir dalam hal penerjemahan adalah Abu-yahya ibnul-Batrik.

Sejarah: Pada masa pemerintahan Abbasiah subjek Sejarah menjadi subjek yang sangat diminati para cendikiawan dan pelajar. Para ilmuwan muslim menulis banyak buku mengenai sejarah, yang pada akhirnya dapat kita nikmati hingga sekarang. Balarazi dikenal sebagai seorang sejarawan terkemuka Baghdad (279 H) dan menyusun buku yang berjudul “futuhul-buldan” dengan gaya yang sangat memukau. Diantara sejarawan terkenal yang tercatat namanya adalah; Hamdani, Mas’udi, Ibnu al-Athir, dan Attabari. Sedangkan ilmuwan seperti; Makrisi, Ibnu Khaldun, dan Abu fida disamping mereka ahli dibidang ensiklopedia, filsafat, matematika dan geograpi mereka juga dikenal sebagai pakar sejarah.

Kedokteran: Ilmuwan muslim juga memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam hal kedokteran, yang melebihi keilmuan kedokteran yunani. Diantara penulis-penulis ilmu kedokteran adalah: Ali at-Tabari, Al-Razi, Ali bin Abbas, al Majusi dan Ibn Sina.
Abu Bakar Muhammad Al-Razi (Rhazes) adalah salah seorang dokter muslim yang sangat handal dan menghasilkan banyak karya, karya-karyanya antara lain: Kitab Al-Asrar dan Al-Hawi (buku komprehensif tentang kedokteran). Nama lain yang prominen dalam bidang kedoteran adalah Ibnu Sina. Jika Al-Razi lebih dikenal sebagai seorang ahli dalam hal kedokteran, Ibnu Sina lebih dikenal sebagai seorang filosof. Ilmu-ilmu kedokteran, filsafat, philologi, dan satra mencapai puncak keemasannya pada masa ini. Karena hasil pemikiran dan penemuan cendekiawan muslim yang sangat cemerlang. Mereka menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat dan masih dijadikan rujukan meski pada masa berabad lamanya setelah ketiadaan mereka. Misalnya Karya Ibnu-Sina “Kitab As-safa”, ensiklopedi filsafat (yang berdasarkan atas pemikiran Aristotle dan dimodifikasi oleh neo-platonik), Al-Qonun fi at-Tib( representasi karya kedokteran Arab-Yunani) menjadi rujukan sekolah kedokteran di Asia dan Eropa. Dikalangan masyarakat Eropa Ibnu-Sina yang dikenal dengan nama Avicena, dan ia mendapatkan tempat yang sangat terhormat di Eropa. Karyanya Al-Qonun fi at-Tib diterjemahkan ke dalam versi bahasa Inggris (Cameroon Gruner: A Treatise on the Canon of Medicine of Avicina, london, 1930), bahkan dari abad ke-12 sampai abad ke-17 menjadi rujukan utama ilmu kedokteran , sampai-sampai Dokter William Osler berkomentar “a medical bible for a longer period than any other work”.
Karena perkembangan ilmu kedokteran yang sangat pesat rumah sakit didirikan untuk pertama kalinya dalam Islam Pada masa Harun ar-Rashid, mengikuti model rumah sakit Persia. Sedangkan di Mesir rumah sakit didirikan pertama kalinya dibawah pemerintahan Ibnu Tulun pada tahun 782 H.

Kimia: Dalam bidang ilmu kimia, Ilmuwan muslim memperkenalkan eksperimen-eksperimen objektive, dan membuat kemajuan yag sangat bagus atas spekulasi teori Yunani yang membingungkan. Mereka memukan teori afinitas (daya tarik menarik) tembaga, perak dan emas, selain itu mereka juga menemukan teori Oksidasi. Dalam ilmu kimia di kenal nama Jabbir bin Hayyan, ia bahkan dijuluki sebagai bapak ilmu kimia bangsa Arab (776 H). Jabbir bin hayyan menulis beberapa risalah mengenai ilmu kimia yang menjadi rujukan pelajar kimia moderen.

Filsafat: Ilmuwan muslim menaruh perhatian yang sangat besar dalam ilmu filsafat. Filsafat bahkan menjadi cabang ilmu yang hangat diperbincangkan dan didiskusikan. Kebanyakan cendikiawan muslim selain menguasai ilmu-ilmu lain mereka juga sebagai seorang filosof. Ilmu filsafat yang dikembangkan umat muslim pada periode kekhalifahan Abbasiah adalah ilmu filsafat yang bersumber dari Yunani yang dimodifikasi oleh pemikiran-pemikiran bangsa pendatang dan pegaruh orang-orang timur, yang akhirnya diekspresikan kedalam bahasa Arab. Ilmuwan Arab memberikan kontribusi yang sangat signifikan. Mereka memberikan batasan-batasan atara filsafat dan agama. Nama-nama besar dalam ilmu filsafat adalah Al- Kindi (Alchendius), Al-Farabi dan Ibnu-Sina.
Al-Kindi dilahirkan di Kufah pada pertengahan abad ke-9. Dia menyandang gelar “the philosopher of Arab”, dan dikenal dengan nama Alchendius di Eropa. Ia juga dikenal sebagai seorang Universalis. Alkindi lebih dari hanya seorang filosof dia juga ahli astrologi, kimia, optik, dan musik.

Astronomi: Ilmuwan muslim juga membuat kemajuan yang membanggakan dalam bidang ilmu astronomi, bahkan mereka diangggap telah membuat penemuan terbesar pada masa pemerintahan Abbasiah. Mereka menemukan teori tentang sistim pergerakan tata surya, sistim Equinoxes (waktu siang dan malam sama lama), dan teori bentuk bumi (saintifik studi mengenai astronomi dimulai dan dipengaruhi oleh karya ilmuan India Sinddhanta yang membawa karyanya ke baghdad (771), karyanya ini diterjemahkan oleh Muhammad bin Ibrahim al-Farazi, model ini juga dipengaruhi karya-karya Yunani kuno).
Prestasi lain yang dicapai dalam bidang astronomi adalah teori fundamental mengenai ecliptic (poros putaran matahari), Equinoxes, dan teori bahwa “bumi itu bulat”.
Muhammad bin Jabir Al-Battani dikenal sebagai “greatest astronomer in Islam”. Ia membuat teori sirkulasi bulan dan planet, dan membuktikan kemungkinan terjadinya gerhana matahari.
Al-Biruni (973-1048) hidup di Ghazna (Afghanistan) juga dikenal segai ilmuwan besar astronomi. Ia menyusun buku Tanya jawab mengenai geometri, aritmatika, astronomi dan astrologi yang berjudul “At-tajhim liawali sina’ati-tanjim”. Karya pertamanya adalah “al-asar albaqiah anil-Qur’an alkhaliah”.

Matematika: Dalam cabang ilmu matematika ilmuwan muslim juga memberikan kontribusi berharga. Seperti; Algebra, Statistik, dan matematika terapan lainnya yag merupakan temuan ilmuwan muslim. Frofesor Arnnold berkomentar “tak usah dipertanyakan lagi bahwa ilmuwan muslim adalah penemu teori trigonometri dengan konsep yang jelas, yang bahkan belum ada pada masa Yunani. Para matematikawan muslim juga membuat kemajuan dalam teori persamaan kuadrat dan teorema binomial.
Nama-nama ilmuwan besar dalam matematika antara lain: Umar Al-Khayyam (mengkonsep kalender untuk kkurun waktu lima ribu tahun), Alkindi,
Abu Abdullah Muhammad bin Isa Al-Mahani dari iran terkenal sebagai matematikawan yang mengomentari teoeri Archimedes dan Euclid, ia juga menulis konsep trigonometri, astronomi, geometri dan persamaan kubik, Al-Biruni ( menulis buku ringkasan Matematika), dan Al-Khawarizmi (menulis tentang Aritmatika), karyanya dialihbahasakan kedalam bahasa latin dan masih digunakan sebagai rujukan hingga abad ke-16 sebagai buku panduan matematika di universitas-universitas Eropa. Matematikawan seperti; Umar al-Khayam, Leonardo Fibonacci, dan Jacob adalah para ilmuwan yang terinspirasi dari karya-karya Al-Khawarizmi.

Geograpi: Dalam bidang ilmu geograpi tercatat nama-nama seperti Ahmad bin Fadlan, Al-Istakhri penulis “al-masalik al-mamalik, Ibnu Hawqal, Al-Maqdisi penulis; Ahsanut-taqsim fi ma’rifatil-aqolim, Al-Hasan bin Ahmad Al-hamadani seorang arkeologis terkenal dan meninggal di penjara pada tahun 945 H, ia menulis “Al-Iklil dan Sifat Jaziratul Arab”, dan Yaqut bin Abdullah al-Hamawi penulis; “Mu’jamul-buldan.

Dalam ilmu Teologi mayoritas para cendikiawan berkecimpung dan pakar dibidang ini karna ilmu teologi ini sangat erat kaitannya dengan Al-Quran, dan Hadis..

Cabang ilmu lainnya seperti sastra, persajakan, hukum, berkembang dengan pesatnya. Kesenian dalam bentuk arsitektur, seni lukis, kaligrapi dan musik juga berkembang sampai pada tahap yang mengesankan.

*Disadur dan diambil dari buku Muslim political thought, Muhammad Aslam Choudry, 2001.



Alih Bahasa: Dwi Sulastyawati

2 comments:

amir aboe zaid said...

assalaamu'alaik
salam kenal dan ukhuwah dari ana...bisa kunjungi blog ana di http;//salafiyunpad.wordpress.com
barokallahu fiikum

islam said...

i cAN receive your mess,I thogt you wanna say "ALLOH LORD OF GOD NO ELSE" SO BE A MOSLEM or NOTHIN'