Sunday, September 30, 2007

Memberi

Memberi…


Syahdan, terdapat sebuah keluarga yang mana sang ayah dan anak berada di Syurga karena amal saleh yang telah mereka lakukan, sedangkan si ibu tidak bersama mereka,. Akhirnya sang anak mencoba mencari keberadaan ibunya, ternyata didapatinya sang ibu berada di neraka dengan dua buah kain lusuh yang melindunginya. Sang anak keheranan dan bertanya “ wahai ibu apa arti dari semua ini”, sang ibu menjawab “wahai anakku ini semua adalah balasan dari semua yang telah kulakukan sewaktu hidup di dunia, aku jarang melakukan amal kebajikan dan tidak pernah berderma, hanya dua kain lusuh inilah yang pernah aku berikan kepada orang lain”.

Pada masa sahabat, terdapat suatu cerita tentang seorang sahabat yang hendak pergi ke pasar dan membeli roti, tetapi ditengah jalan didapatinya seorang peminta-minta yang sedang kelaparan, karena tidak tega memlihatnya ia berikan semua uangnya dan pulang dengan tangan hampa. Baru saja ia hendak mengutarakan kepada sang istri bahwa ia tidak membawa apa-apa, dilihatya setumpuk roti dengan jumlah sepuluh kali lipat dari yang mesti ia dapatkan dengan membeli, sang istri bercerita bahwa ada seorang arif yang datang dan memberikan setumpuk roti tersebut ketika sang suami pergi”.

Bersedekah bukan sekedar memberikan suatu hal yang bersifat materi, tetapi juga memberikan kebahagiaan batin kepada si penerima, dengan catatan sipemberi memberikannya dengan keikhlasan dan rendah diri.

Terdapat sebuah ungkapan filosofis dalam Islam, “ maaluka maa anfaqta”, hartamu adalah apa yang telah engakau infaqkan. Dengan keyakinan inilah Usman bin Afwan yang dermawan tidak segan-segan memberikan sepertiga dari hartanya untuk keperluan perang. Dengan filosofi ini juga seorang mu’min tidak ragu-ragu menginfaqkan hartanya di jalan Allah. Apa yang diberikan seorang muslim dengan keridho’an, sejatinya itulah kelak yang akan menjadi miliknya. Sedekahlah yang akan menjadi penolong seorang hamba mnghadapi panasnya api neraka. Tidak ada yang sia-sia di sisi Allah karena ia akan menggantikan pemberian hambanya yang ikhlas dengan balasan yang berlipat.

Tertulis kisah pada masa sahabat yang dapat kita jadikan pelajaran adalah, Ada seorang sahabat yang mendapatkan pemberian kepala kambing dari tetangganya. Karena merasa tetangganya yang lain lebih membutuhkan akhirnya kepala kambing tersebut ia berikan kepada tetangganya. Begitupun sitetangga berpikiran dan melakukan hal yang sama. Danp pada akhirnya kepala kambing tersebut sampai lagi kepada si empunya yang memberikan, menggambarkan betapa tinggi solidaritas seorang muslim terhadap sesama.

Kisah lain yang juga menarik adalah, disuatu akhir peperangan, para mujahid banyak yang kritis dan bersiap menjemput maut. Ada seorang sahabat yang membawakan minum untuk mereka. Karena lebih mendahulukan orang lain, orang pertama yang disodorkan air minum berkata “berikan minum itu kepadanya, karena ia lebih membutuhkannya”, orang kedua, ketiga dan seterusnya bersikap sama, dan ketika si pemberi minum kembali kepada orang pertama ternyata ia telah Shahid, begitupun ketika ia kembali menghampiri orang kedua, ketiga dan seterusnya, mereka semua telah menghadap sang pencipta.

Betapa mulia nilai suatu pemberian. Cerita-cerita diatas menggambarkan sosok-sosok muslim sejati, yang mencintai orang lain seperti halnya mencintai diri sendiri. Seperti yang termaktub dala sebuah hadist “tidakklah beriman salah seorang dari kalian, sehingga mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti mencintai ditinya sendiri.

Bersedekah adalah refleksi sebuah kesyukuran atas karunia tuhan yang tiada henti. Berinfaq adalah barometer keimanan. Memberi melatih kepekaan sosial dan dan kepedulian terhadap sesama. Alangkah indahnya jika kisah yang pernah terukir dalam sejarah islam terulang lagi. Tidak lagi dadapati orang miskin dan kelaparan, juga tidak didapati orang yang berhak atas zakat, karena semua penduduk telah hidup dalam kemakmuran (Walahua’lam bissowab)

Oleh: Dwi sulastyawati

No comments: